Monday, October 21, 2019

Komponen Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya

Komponen Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya - Sistem pengapian elektronik (CDI) pada motor dibagi menjadi 2 yaitu : Sistem Pengapian Magnet Elektronik (CDI - AC) & Sistem Pengapian Baterai Elektronik (CDI - DC)

Berikut Komponen Sistem Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya


1. Baterai / Accu
Baterai / accu / aki berfungsi sebagai penyedia arus bagi sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan dengan jenis arus DC (arus searah). Selain itu accu atau baterai berfungsi untuk menyimpan arus yang dihasilkan oleh sistem pengisian pada kendaraan.

Pada sistem pegapian CDI DC baterai berperan penting, karena digunakan sebagai sumber arus utama pada sistem pengapian CDI DC. Jika baterai mengalami kerusakan maka sistem pengapian tidak akan berjalan dengan baik.

Tetapi pada sistem pengapian CDI AC baterai tidak berperan sebagai sumber utama, tetapi digunakan untuk sumber arus pada rangkaian kelistrikan, contohnya untuk starter elektrik.
Accu / Baterai

2. Spul (Stator Coil) Dan Rotor Magnet
Spul dan rotor magnet berfungsi untuk merubah putaran dari poros engkol (crank shaft) mesin menjadi arus listrik searah (AC). Arus ini yang kemudian digunakan untuk sistem pengisian, mensuplai kelistrikan pada beban / lampu dan juga digunakan untuk mensuplai arus ke unit CDI (untuk tipe sistem pengapian CDI AC). 

Spul dan rotor magnet terdiri dari 2 komponen, yaitu :
  • a. Komponen yang berputar (magnet rotor), magnet rotor berbentuk tromol yang terhubung ke poros engkol mesin. Pada sepeda motor, magnet rotor ini juga berfungsi sebagai fly wheel.
  • b. Komponen yang diam spul (stator coil), spul komponen yang berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet.
Spul & Rotor Magnet

3. Pulser (Pick Up Coil)
Pulser (pick up coi) berfungsi untuk menghasilkan tegangan pulsa (signal) untuk mengontrol penguat tegangan (pada sistem CDI DC dan pengontrol atau pemicu SCR.

Fungsi pulser yang lain pada motor yaitu sebagai penentu waktu CDI atau TCI untuk mematikkan listrik yang diteruskan ke proses pengapian sampai ke busi.

Atau dapat dikatakan pulser berfungsi sebagai pendeteksi posisi piston motor berdasarkan posisi Pick Up pada magnet rotor yang selanjutnya akan dikirim ke CDI maupun TCI.
Pulser

4. Kunci Kontak (Ignition Switch)
Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama untuk menghubung dan memutus (On-Off) rangkaian pengapian dan rangkaian kelistrikan lainnya pada motor.

5. Voltage Converter
Voltage converter atau pengkonversi tegangan diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge, prinsip kerja sistem pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian konvensional yang masih menggunakan platina.

Pada sistem pengapian konvensional, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil. Tetapi pada sistem pengapian CDI, induksi akan terjadi ketika arus primer dialiri oleh arus discharger.

Agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.

Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.

6. Unit CDI  (Capacitor Discharge Ignition)
CDI (Capacitor Discharge Ignition) pada sepeda motor sangatlah mempengaruhi performa sepeda motor. Sistem pengapian yang baik bisa membakar dengan tuntas dan sempurna sehingga panas yang dihasilkan lebih optimal.
CDI (Capacitor Discharge Ignition)

CDI merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor.

Kemudian dialirkan melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
Basic Circuit CDI AC
Keterangan :
  • 1. Dari Sumber Tegangan (Alternator)
  • 2. Dari Signal Generator (Pick Up Coil)
  • 3. Ke Ignition Coil
  • 4. Massa CDI

7. Sekering / Fuse
Fuse atau sekering berfungsi sebagai pengaman rangkaian listrik ketika terjadi konsleting listrik. Begitu pula pada sistem pengapian CDI (terutama pada CDI - DC).

Sekering juga berungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen - komponen kelistrikan lainnya ketika terjadi konsleting atau terjadi kelebihan arus listrik.

8. Koil Pengapian (Ignition Coil)
Koil berfungsi untuk menaikkan tegangan yang diterima dari sumber tegangan spul dan magner rotor menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.

Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi tipis.

Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 - 0,9 mm dengan jumlah lilitan 200 - 400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder 0,05 - 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000 - 15.000 kali.

Untuk mengalirkan tegangan tinggi dari kumparan sekunder ke busi, digunakan kabel tegangan tinggi (kabel busi) yang terpasang antara terminal sekunder dengan busi.
Koil Pengapian

9. Kabel Busi
Kabel busi berfungsi sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki diameter lebih besar, mungkin bisa sampai 5 mm.

Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan). 

10. Busi (Spark Plug)
Busi (spark ignition) berfungsi untuk memercikkan bunga api yang nantinya percikkan bunga api yang dihasilkan ini digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder untuk menghasilkan tekanan atau usaha.
Busi

11. Cop Busi
Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan.

Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
Cop Busi

Sistem Pengapian CDI AC Dan CDI DC Motor + Cara Kerjanya

Sistem Pengapian CDI AC Dan CDI DC Motor + Cara Kerjanya - CDI (Capacitor Discharge Ignition) adalah jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari capasitor / kondensator, sebagai pencatu daya kumparan pengapian (ignition coil).

Sistem Pengapian Elektronik CDI Pada Motor Dibagi Menjadi 2 Jenis


1. Sistem Pengapian Magnet Elektronik CDI - AC

Sistem pengapian CDI - AC merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus listrik bolak-balik yang berasal dari spul motor (dinamo AC/alternator).  sehingga arus yang digunakan merupakan arus bolak-balik (AC).

Cara Kerja Sistem Pengapian CDI - AC

Skema Sistem Pengapian CDI - AC

a. Saat Kunci Kontak OFF

Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa, Arus listrik yang dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci kontak. Tidak ada arus yang mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian tidak bekerja dan motor tidak dapat dihidupkan.

b. Saat Kunci Kontak ON Mesin Hidup

Saat mesin mulai hidup maka magnet rotor pada motor akan berputar mengikuti putaran krug as dalam mesin, dari putaran tersebut timbulah tegangan, tegangan yang dihasilkan magnet rotor ini bernilai 100 - 400 volt. Lalu diode di dalam unit CDI akan merubah arus menjadi arus AC (Searah), kemudian arus ini akan mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor penuh.

Capasitor tidak akan melepaskan arus di dalamnya sebelum SCR (Silicon Controlled Rectifier) aktif. Untuk mengaktifkan SCR maka terminal gate pada SCR harus mendapatkan sinyal tegangan positif terlebih dahulu sebagai pemicu (trigger).

Signal yang digunakan sebagai pemicu (trigger) didapatkan dari signal pulser (pick up coil). Spul akan memberikan signal tegangan ketika tonjolan pada rotor magnet melewati spul. Ketika terminal gate mendapatkan tegangan positif dari tegangan spul maka terminal anoda dan katoda pada SCR akan terhubung. 

Ketika terminal anoda dan katoda terhubung maka capasitor akan melepaskan arus (discharge) dengan cepat ke kumparan primer koil pengapian sehingga terjadi induksi pada kumparan primer koil.

Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 - 300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi sebesar � 20 KVolt ? disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.


2. Sistem Pengapian Baterai Elektronik CDI - DC

    Sistem pengapian CDI - DC menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Batere, maupun Accu). Arus listrik yang berasal dari accu masih belum mampu digunakan untuk mencatu CDI tersebut, sehingga dalam CDI - DC ini masih membutuhkan rangkaian penaik tegangan yang disebut inverter.

    Cara Kerja Sistem Pengapian CDI - DC

    Skema Sistem Pengapian DC-CDI

    a. Saat Kunci Kontak OFF

    Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus, tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dapat dihidupkan.

    b. Saat Kunci Kontak ON

    Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan positif (+) Accu dengan rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke unit CDI (DC - DC Conventer).

    Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor ikut berputar. Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk mengaktifkan Switch Transistor (Tr) pada DC - DC Conventer.

    Kumparan primer dan sekunder (Kump.) pada DC - DC Conventer akan bekerja secara induksi menaikkan tegangan sumber ? disearahkan lagi oleh dioda (D) ? mengisi kapasitor (C) sehingga muatan kapasitor penuh.

    Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut belum mampu membuka gerbang (Gate) Thyristor switch (SCR) sehingga SCR belum bekerja.

    Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang dihasilkan oleh signal generator (pick up coil) mampu membuka gerbang SCR sehingga SCR menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik dari kaki Anoda (A) ? Katoda (K).

    Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan cepat ? melalui kumparan primer koil pengapian ? massa koil pengapian.

    Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 � 300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi sebesar � 20 KVolt ? disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

        Sunday, October 20, 2019

        Cara Jumper Aki Menggunakan Battery Charging (Cas Aki)

        Cara Jumper Aki Menggunakan Battery Charging (Cas Aki) - Pada beberapa model Battery Charging (Cas Aki), dilengkapi dengan posisi charging booster, posisi ini digunakan untuk melakukan bantuan starter. Penggunaan bantuan starter dengan alat ini lebih riskan dibandingkan dengan baterai, karena tergangan yang dihasilkan biasanya lebih tinggi yaitu 15 -18 volt. Dengan tegangan sebesar itu dapat merusak komponen elektronik.

        Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bantuan starter dengan battery charging antara lain:
        • Pastikan battery charging yang digunakan untuk bantuan starter dilengkapi dengan posisi starter booster. Penggunaan battery charging biasa dapat menyebabkan battery charging terbakar.
        • Kendaraan yang memiliki komponen elektronik bila mungkin dihindari melakukan bantuan starter dengan alat ini, lebih aman melepaskan baterai dan memasangnya dengan baterai yang telah diisi untuk menghidupkan kendaraan.
        • Bila terpaksa malakukan bantuan starter dengan komponen elektronik, perlu gunakan pelindung gelombang. 

        Pada kendaraan yang tidak menggunakan komponen elektronik penggunaan lebih aman. Prosedur penggunaannya adalah:
        • Buka kap kendaraan yang akan dilakukan jum starting
        • Cek terminal baterai bersihkan dari karat atau kotoran Bantuan Starter
        • Hubungkan terminal positip baterai kendaraan yang akan dihidupkan dengan kabel positip battery charging (kabel warna merah), dan terminal negatip dengan kabel negatip (kabel warna hitam)
        • Atur selector battery charging pada posisi Booster, dan tegangan sesuai dengan tegangan sumber kendaraan yaitu 12V atau 24V.
          Arahkan Selector Pada Posisi Jumper
          • Hidupkan battery charging
          • Pastikan transmisi pada posisi netral dan rem parkir aktif
          • Lakukan starter mesin
          • Setelah mesin hidup, matikan battery charging
          • Lepas kabel negatif battery charging terlebih dahulu, kemudian baru lepas kabel positif.
          Hati-hati, jangan melepas kabel battery charging pada kondisi battery charging masih hidup, sebab akan terjadi percikan api pada terminal.
          •  Rapikan battery charging, kemudian tutup kap kendaraan.

          Beberapa produsen peralatan otomotif telah meluncurkan alat dengan nama Booster Pac, alat ini merupakan baterai merupakan baterai yang didisain khusus secara kompak, jenis baterai yang digunakan adalah baterai Gel cell atau baterai kering, desain alat dalam suatu kotak dan dilengkapi dengan kabel penghubung yang cukup besar.

          Kabel ini digunakan untuk dihubungkan ke baterai pada kendaraan yang akan dihidupkan. Kemampuan baterai 250-1000 CCA. Model banyak digunakan di bengkel yang professional karena penggunaan efektif dan aman

          Booster Pac

          Cara Melepas & Memasang Aki Dengan Benar

          Cara Melepas & Memasang Aki Dengan Benar - Terdapat 3 hal yang sering dilakukan terkait dengan pelepasan baterai, ketiga hal tersebut adalah :
          • Melepas baterai untuk tujuan perawatan baterai, penggantian elektrolit dan mengisi baterai (charging).
          • Melepas baterai untuk melakukan perbaikan kendaraan yang menuntut untuk melepas baterai.
          • Melepas baterai untuk mengganti baterai dengan baterai baru.

          Sebelum melepaskan baterai ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, agar tidak terjadi kerusakan pada baterai maupun sistem kelistrikan yang lain. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:


          Pastikan apakah kendaraan dipasang dengan sistem pengaman (alarm) yang dapat berbunyi kapanpun bila baterai tidak tersambung. Ini sebagai upaya untuk mengatasi situasi bila seorang pencuri melepas baterai untuk mematikan sistem alarm, tetapi sistem alarm malahan akan berbunyi ketika pencuri itu melepaskan sambungan baterai. 

          Pada model ini sistem alarm mempunyai suplai tenaga secara terpisah. Sistem ini memiliki kabel yang dihubungkan dengan baterai sebagai sensor tegangan. Ketika kabel ini mendeteksi tidak ada tegangan (baterai tidak tersambung) alarm menjadi aktif dan sirene akan berbunyi.

          Banyak kendaraan yang dipasang dengan radio yang akan hilang memorinya bila beterai tidak tersambung, sehingga saat baterai dihubungkan kembali perlu setting gelombang lagi. Melakukan setting kembali gelombang stasiun pada beberapa radio cukup memerlukan waktu.

          Pada beberapa model sistem audio dilengkapi sistem pengaman, untuk melakukan setting gelombang radio memerlukan kode atau password, kode atau password tersebut hanya diketahui oleh pemilik kendaraan. Pemasangan sistem pengaman tersebuti sebagai upaya mengatasi pencurian sistem audio.

          Beberapa kendaraan yang menggunakan sistem kontrol elektronik atau electronic management system bila kabel baterai dilepas akan mengakibatkan electronic control unit (ECU) kehilangan memori elektroniknya sehingga ECU tidak dapat bekerja dan kendaraan tidak dapat dihidupkan. Mengatasi hal tersebu maka ECU harus diprogram ulang.

          Metode melepas baterai pada jenis kendaraan dengan karakteristik dan teknologi diatas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

          1. Sambungkan baterai dengan sumber baterai lain sebelum melakukan pemutusan sambungan baterai. Sumber tenaga listrik yang kecil ini cukup untuk menjalankan memori komputer pada kendaraan tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan.

          2. Jangan menyalakan komponen yang memerlukan listrik saat baterai tidak tersambung agar energi listrik pada baterai pengganti tidak cepat habis.

          3. Ketika memasang kembali baterai, pastikan bahwa baterai telah tersambung dengan baik sebelum melepaskan �baterai penganti�.

          Cara Melepas & Memasang Accu (Aki) Dengan Benar :

          1. Langkah Melepas Accu (Aki)
          • Matikan semua perangkat yang memerlukan energi listrik seperti lampu, sistem audio dan sebagainya.
          • Buka tutup / kap mobil
          • Pasang pelindung / fender cover (Jika diperlukan) untuk melindungi cat dari kemungkinan tergores atau tumpahan asam.
          • Kendorkan terminal baterai negatif dahulu dengan kunci yang tepat, dan hati-hati jangan meletakkan kunci diatas baterai, hal ini dapat menyebabkan hubungan singkat
          • Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada skun baterai, jangan memukul atau mencungkil skun pada terminal baterai karena dapat merusak skunb dan terminal baterai. 
          Metode melepas adalah kendorkan mur pengikat terminal baterai, gunakan obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik terminal dengan traker khusus.
          • Lepas klem baterai dengan melepas mur pada tangkai pengikat.
            Melepas terminal baterai
            • Angkat baterai dari kendaraan 

            2. Keselamatan Kerja Saat Accu (Aki)
            • Baterai pada umumnya berukuran besar dan berisi larutan asam sulfat, oleh karena itu harus hati - hati jangan sampai cairan baterai mengenahi pakaian, kulit maupun kendaraan.
            • Saat melepas baterai untuk menguji baterai perlu diperhatikan keamanan awal yang diperlukan untuk menghindari pemakai atau kerusakan alat elektronik akibat pelepasan baterai.
            • Gunakan alat pelindung atau alat pengaman, termasuk pemakaian alas kaki yang sesuai dan pelindung mata
            • Putuslah hubungan kabel baterai pada saat akan memperbaiki beberpa bagian dari suatu sistem rangkaian kelistrikan.
            • Kendorkan terminal baterai negatif dahulu dengan kunci yang tepat, dan hati-hati jangan meletakkan kunci diatas baterai, hal ini dapat menyebabkan hubungan singkatrangan
            Bahaya meletakkan kunci sembarangan

            • Lepas hubungan terminal baterai ke ground (-) terlebih dahulu, karena bila melepas terminal positif (+) akan kemungkinan terjadi hubungan pendek melalui kunci ke kodi kendaraan. Pemutusan terminal ground baterai.


            Ingatlah baterai mudah menimbulkan arus energi listrik pada tenggang tinggi, sehingga jam tangan logam perhiasan dan gelang sebaiknya tidak dikenakan pada saat anda bekerja dengan baterai.
            Saat memasang baterai pasang terminal positip terlebih dahulu.

            3. Langkah Memasang Accu (Aki)
            • Bersihkan tempat atau dudukan baterai pada kendaraan
            • Angkat baterai dan tempatkan pada kedudukannya. 
            • Perhatikan jangan sampai posisinya terbalik.
            • Pasang klem baterai. Baterai harus terikat kuat agar baterai tidak goyang saat kendaraan berjalan. Bila baterai goyang akan menyebabkan kotak baterai retak atau elektrolit tumpah.
            • Berikan grease atau vet pada terminal baterai sebelum memasang terminal. Pemberian vet pada kutup dan terminal untuk mencegah terminal maupun post baterai cepat berkarat.
            • Pasang terminal positif (+) sebelum terminal negatif (-). 
            • Pasang terminal baterai dengan kuat, pemasangan yang kuat akan mengurangi kerugian tegangan pada terminal, panas yang timbul pada terminal ataupun korosi.
            • Lindungi terminal baterai positip dengan penutup karet atau isolator guna menghindari hubungan pendek. 
            • Baterai yang selalu mendapat perawatan yang baik akan mempunyai umur yang panjang dibandingkan yang tidak mendapat perawatan dengan baik.

                Thursday, October 17, 2019

                Fungsi PCV Valve (Positive Crankcase Ventilation)

                Fungsi PCV Valve (Positive Crankcase Ventilation) - Dalam ruang bakar mesin terjadi proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Pada proses pembakaran tersebut, tidak semua campuran udara dan bahan bakar yang terbakar keluar melalui katup / klep buang (exhaust valve).

                Ada sebagian gas sisa pembakaran dan uap oli yang menyelinap, gas tersebut disebut blow-by gas. Pada kendaraan lama blow-by gas ini dibuang ke udara bebas agar tidak terjadi kelebihan tekanan pada ruang blok mesin.

                Tetapi, blow-by gas ini adalah polutan yang beracun dan berbahaya karena mengandung hidrokarbon yang tidak terbakar dan uap oli. Untuk itu pada kendaraan baru seperti sekarang digunakanlah sistem PCV (Positive Crankcase Ventilation) Valve.
                PCV Valve

                Fungsi PCV Valve (Positive Crankcase Ventilation) 


                PCV (Positive Crankcase Ventilation) merupakan sistem ventilasi pada blok mesin, sistem ini digunakan untuk ventilasi pada blok mesin agar uap sisa pembakaran dan uap oli (blow-by gas) yang mengandung polutan, yang memungkinkan masuk ke dalam ruang engkol dapat dibakar kembali ke dalam silinder.

                70% sampai 80% blow-by gas yang terdapat di dalam crankcase adalah gas yang tidak terbakar (HC), sedangkan sisanya 20% sampai 30% terdiri atas hasil tambahan dari pembakaran (uap air dan berbagai jenis asam).

                Semuanya dapat merusak oli mesin, menghasilkan lumpur atau menyebabkan karat di dalam crankcase (bak engkol). Untuk mencegahnya maka blow-by gas dikeluarkan ke intake manifold untuk kemudian disalurkan kembali ke ruang bakar untuk dibakar kembali. 


                Cara Kerja PVC Valve (Positive Crankcase Ventilation)

                1. Saat Mesin Berhenti Atau Back Firing (Pembakaran Balik)

                Saat Mesin Berhenti
                Katup menutup karena beratnya sendiri dan berat pegas.

                2. Saat Idling Atau Perlambatan


                Saat Idling Atau Perlambatan
                Pada saat idling kevacuuman di intake manifold besar sehingga katup PCV terangkat (terbuka). Blow-by gas yang mengalir ke intake sedikit Karena saluran di katup PCV sempit

                3. Saat Normal


                Saat Normal
                Kevacuuman di intake manifold normal, katup sedikit turun dari posisi idling, saluran terbuka semakin lebar.

                4. Saat Percepatan Atau Beban Berat 

                Saat Percepatan / Beban Berat
                Kevacuuman di intake manifold kecil, katup PCV semakin turun, saluran terbuka penuh, semakin banyak blow-by gas yang mengalir ke intake manifold.

                Akibat PCV Valve Rusak

                Jika PCV Valve mampet atau tidak dapat membuka aliran blow-by gas, ruang mesin  kelamaan akan mendapatkan tekanan berlebih akibat blow-by gas yang tidak dapat dialirkan atau dibuang, sehingga mampu membuat oli rembes melalui celah seal cover blok mesin.

                Jika PCV valve ngelos atau terbuka terus, suara mesin akan kasar dan rpm stasioner cenderung naik. Selain itu, ketika backfiring akan menyebabkan tekanan balik ke arah ruang mesin. 

                PCV valve yang mampet atau ngelos kemungkinan kotor dan pergerakan plunger terhambat, cara mengatasinya dapat disemprot dengan cairan pembersih atau WD40 kemudian dikocok. 

                Jika masih tidak bisa juga, solusi terbaiknya adalah mengganti PCV. Untuk keadaan darurat atau PCV valve dengan ukuran yang sama tidak tersedia, bisa juga dipasang PCV valve universal secara seri di ujung PCV valve yang rusak bila PCV valve nya ngelos atau terbuka terus. 

                Jika PCV valve mampet, alternatif daruratnya adalah dengan membuang blow-by gas ke udara dan menutup selang ke intake.

                Tetapi, perlu diingat bahwa membuang blow-by gas ke udara bebas dapat  menyebabkan pencemaran udara. Selain itu, blow-by gas juga berbahaya ketika terhirup oleh manusia. Sebisa mungkin hindari membuang blow-by gas ke udara bebas.

                Cara Mengecek PCV Valve

                1. Lepaskan selang di ujung PCV valve, kemudian lepaskan PCV valve. Tiup PCV valve dari bagian yang menancap di ruang mesin. 

                Jika dapat ditiup, maka PCV valve dalam kondisi normal dan valve dapat membuka aliran udara, tetapi sebaliknya, jika tidak dapat ditiup berarti PCV valve mampet.



                2. Tiup PCV valve dari bagian yang menancap ke selang intake (arah sebaliknya). Jika tidak bisa ditiup berarti PCV valve dalam kondisi normal dan dapat menutup aliran udara ketika backfiring. 

                Dan sebaliknya jika dapat ditiup, maka artinya PCV valve ngelos dan tidak dapat menutup.

                Fungsi Sensor ECT (Engine Coolant Temperature)

                Fungsi Sensor ECT (Engine Coolant Temperature) - Sensor ECT di tempatkan di blok mesin atau pada rumah thermostat bagian bawah.
                Posisi Letak ECT Sensor

                Fungsi Sensor ECT (Engine Coolant Temperature) 


                ECT (Engine Coolant Temperature) atau bisa juga disebut WTS (Water Temperature Sensor) digunakan untuk mengukur suhu air pendingin mesin pada mesin, lebih tepatnya untuk memonitor suhu air pendingin di dalam blok mesin dan kepala silinder yang menyerap panas dari silinder ketika mesin sedang berjalan.

                ECT sensor mendeteksi perubahan suhu dan sinyal dari ECU sehingga dapat mengetahui apakah mesin dingin, pemanasan, pada suhu operasi normal atau overheating.

                Sensor suhu air pendingin ini sangat penting karena masukan sensor digunakan ECU untuk mempengaruhi strategi operasi dari seluruh sistem manajemen mesin. Itu sebabnya sensor pendingin sering disebut sensor "master".

                Bagaimana Sensor ECT (Engine Coolant Temperature) Mepengaruhi Kerja Mesin?

                ECT sensor mendeteksi temperatur air pendingin mesin menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien).
                Thermistor Tipe NTC Pada Sensor ECT

                Bekerjanya sensor ECT ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan menurun. Dan sebaliknya ketika suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan naik.

                Sensor ECT dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW.

                Tegangan output dari sensor ECU ini akan berubah - ubah besarnya sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang ada pada sensor ECT ini.

                Kemudian output signal sensor ECT ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan menjadi signal inputan ECU, yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI.

                Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sirkuit kelistrikan sensor ECT di bawah ini :
                Sirkuit ECT Sensor

                ECT sensor juga digunakan oleh ECU untuk mengendalikan kipas pendingin / cooling fan. Data dari ECT pula digunakan untuk menyediakan bacaan untuk mengukur suhu pendingin di dashboard.

                Untuk menguji kerusakan ECT sensor, dapat dilakukan tes senderhana dengan cara memanaskan mesin & posisi kap mobil tertutup lalu tunggu beberapa menit.

                Dengan posisi mobil berhenti namun mesin menyala seharusnya berangsur - angsur suhu coolant / air pendingin akan meningkat dan menyebabkan kipas pendingin berputar rendah.

                Jika dalam 15 menit tidak berputar kemungkinan sensor ECT-nya rusak, meskipun ini jarang terjadi. Dan kemungkinan lain jika kipas pendingin (cooling fan) tidak beroperasi maka  kerusakan terjadi pada motor elektrik cooling fan.

                Wednesday, October 16, 2019

                Pengertian Dan Fungsi Camber, Caster, Toe Dan King-Pin

                Pengertian Dan Fungsi Camber, Caster, Toe Dan King-Pin - Roda-roda kendaraan dipasang dengan besar sudut tertentu sesuai dengan persyaratan tertentu untuk menjaga agar pengemudian ringan, nyaman dan stabil serta keausan ban normal. Sudut - sudut pemasangan roda tersebut dinamakan wheel alignment. 

                Kebanyakan kendaraan yang ada di indonesia wheel alignment utamanya adalah untuk roda depan (FWA), walaupun wheel aligment untuk roda belakang (RWA) juga sudah ada.


                Yang termasuk dalam fakor-faktor wheel aligment ada 4 (empat), yaitu : 
                • 1. Sudut Camber
                • 2. Sudut Caster
                • 3. Toe 
                • 4. King-In / Steering Axis

                1. Sudut Camber


                Sudut Camber

                Camber merupakan sudut yang dibuat oleh roda kendaraan terhadap jalanan, lebih tepatnya adalah sudut yang dibentuk pada roda jika dilihat dari depan. Camber memiliki peranan yang penting untuk menjaga kestabilan mobil saat berbelok di tikungan, sehingga peranannya tidak dapat diabaikan, camber diukur dalam derajat.

                Saat roda depan mobil dipasang dengan cara dimiringkan keluar atau kedalam itu disebut camber, dan diukur dalam derajat pada kemiringan dari arah vertikal (tegak lurus). Saat bagian atas roda dimiringkan keluar itu disebut positive camber. Dan sebaliknya, kemiringan kedalam disebut negative camber.

                Dalam beberapa tahun ini trendnya adalah penyetelan nol camber atau sedikit positive untuk mengimbangi beban mobil. Jika camber tidak diatur, maka akan mempengaruhi keausan pada satu sisi roda. Jika camber terlalu negative, maka roda akan dipakai pada sisi bagian dalam permukaannya saja, dan berakibat pada ausnya ban bagian dalam saja.

                2. Sudut Caster



                Sudut Caster

                Sudut caster merupakan sudut yang dibentuk dari sumbu vertikal roda dengan sumbu putar kemudi pada mobil, sepeda motor, dan sepeda. Untuk mobil balap kadang-kadang sudut caster disesuaikan untuk mengoptimalkan penanganan karakteristik mobil dalam situasi pengemudian tertentu. Kemiringan sumbu putar kemudi (steering axis) terhadap garis tengah roda vertikal jika dilihat dari samping kendaraan, kemiringan sumbu putar kemudi ini berlaku untuk semua kendaraan.


                Dalam konteks sepeda dan sepeda motor, caster lebih sering disebut sebagai "Trail ". Ketika suspensi depan kendaraan sejajar, caster disesuaikan untuk mencapai aksi meluruskan sendiri dari kemudi, yang mempengaruhi stabilitas untuk mendapatkan garis lurus kendaraan. Sudut caster yang umun digunakan pada kendaraan adalah Sudut caster positif. 

                Akan tetapi pada kenyataannya pada mobil hal tersebut bisa berubah menjadi caster nol atau caster negatif. Hal itu dikarenakan ada kerusakan komponen sistem suspensi atau perbaikan komponen suspensi, dan apabila mobil telah melakukan perbaikan sistem suspensi seharusnya setelah perbaikan dilakukan penyelarasan atau penyetelan kembali sudut wheel alignmennya.


                Baca Juga : Fungsi Caster (Caster Positif, Caster Negatif & Caster Nol)

                3. Sudut Toe

                Sudut toe adalah selisih jarak antara roda bagian depan dengan roda bagian belakang jika dilihat dari atas kendaraan, atau kemiringan sikap roda terhadap garis memanjang kendaraan (geometric centerline) jika dilihat dari atas kendaraan. Toe adalah sudut roda apabila dilihat dari atas kendaraan.

                Secara sederhana, ketika melihat sudut roda dari atas maka roda kendaraan tidak terletak 0 derajat secara lurus. Tetapi, ada sedikit kemiringan, dan kemiringan roda dari atas inilah disebut sudut toe. Ada dua jenis sudut toe, yaitu  Toe in, roda bagian belakang lebih keluar dibandingkan roda bagian depan disebut toe ini. Dan Toe out, roda bagian depan lebih keluar dibandingkan roda bagian belakang disebut toe out.

                Secara umum sudut toe dijadikan koreksi terhadap sudut FWA lainnya. Misalnya efek dari sudut camber, roda bisa memberi dorongan ke sisi luar (camber positif) atau ke sisi dalam (camber negatif) untuk menyeimbangkan hal tersebut maka dibuatlah sudut toe agar orientasi roda dapat fokus ke arah yang lebih lurus.

                Berbeda dengan camber dan caster yang umumnya tidak bisa distel, sudut Toe bisa diset dengan mudah. Caranya dengan memutar mur pada tie rod. Namun, penyetelan sudut toe yang berlebihan justru akan menimbulkan slip pada roda. Sehingga roda bisa cepat aus.

                Baca Juga : Fungsi Toe (Toe-In, To-Out & Toe-Zero)

                4. Sudut King-Pin / Steering Axis

                Sudut king-pin adalah kemiringan sumbu king - pin (Steering axis) terhadap garis vertikal jika dilihat dari depan kendaraan. Pada wheel alignment sudut king pin merupakan sudut analisa, jadi bukan sudut utama dari sistem wheel alignment. Oleh karena itu pada sudut king pin tidak ada penyetelan dan tidak diperbolehkan merubah sudut king pin.

                Fungsi Sudut King-Pin / Steering Axis, pada saat roda kemudi diputar untuk belok kanan suspensi terangkat ke atas dan saat belok kiri juga terangkat. Gerakan ke atas suspensi diteruskan ke body kendaraan dengan menahan beban kendaraan.

                Pada saat roda kemudi di dilepas (tidak dipegang), maka dengan adanya gaya grafitasi menyebabkan gaya balik bodi akan kembali turun, sehingga roda kemudi kembali ke posisi lurus. Jadi Sudut king-ping berfungsi untuk mengembalikan sikap roda ke posisi lurus setelah membelok